Sepanjang tahun 2024, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Tegal bersama Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) di 7 kota dan Kabupaten wilayah Karesidenan Pekalongan melaksanakan Gerakan Pangan Murah (GPM). Gerakan ini dalam rangka menjaga pasokan dan harga komoditas-komoditas strategis. Tercatat hingga November 2024, sudah terlaksana sebanyak 180 titik GPM se Eks-Karesidenan Pekalongan.
Hal tersebut akan terus dilaksanakan hingga akhir tahun untuk menjaga kestabilan harga dan pasokan dalam rangka menyambut natal dan tahun baru (Nataru). Demikian dikatakan Kepala KwBI Tegal, Marwadi kepada sejumlah wartawan dalam acara bincang bincang Media di RM Masduki, Kota Pekalongan, Senin (9/12). Langkah ini merupakan salah satu strategi dari BI dalam rangka pengenalian inflasi di wilayah kerjanya.
Terbukti, Indek Harga Konsumen (IHK)Kota Tegal sepanjang tahun 2024 diperkirakan tetap terjaga pada kisaran target 2,5 persen plus 1 sejalan dengan inflasi yang terkendali. Hal ini didukung oleh membaiknya prakiraan cuaca BMKG di tahun 2024, yang mana El Nino akan melemah dan berangsur ke kondisi netral. Kemudian konsistensi penguatan program GNPIP di tingkat pusat hingga daerah.
''BI juga memperkuat melalui sinergi pengendalian inflasi berbasis 4K yakni Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif di daerah bersama TPID,'' katanya.
Pada November 2024, Kota Tegal tercatat mengalami inflasi sebesar 0,22 persen (mtm) atau 1,71 persen (ytd), lebih rendah dari inflasi Provinsi Jawa Tengah (0,30 persen;mtm) dan Nasional (0,26 persen; mtm). Inflasi bulanan Kota Tegal tersebut meningkat tipis dibanding bulan sebelumnya yang tercatat inflasi 0,21 Persen (mtm) akibat peningkatan harga pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Khususnya komoditas bawang merah, minyak goreng, emas perhiasan, tomat, dan daging ayam ras.
Selanjutnya dikatakan, dari sembilan Kota/Kabupaten yang menjadi daerah perhitungan inflasi IHK di Provinsi Jawa Tengah, secara keseluruhan mengalami inflasi dengan urutan tertinggi. Di antaranya Kabupaten Wonogiri 0,47 persen (mtm), Kabupaten Rembang 0,37 persen (mtm), Kabupaten Kudus 0,35 persen (mtm), dan Kabupaten Cilacap 0,30 persen (mtm). Kemudian Purwokerto sebesar 0,23 persen (mtm), Kabupaten Wonosobo 0,22 persen (mtm), Kota Tegal 0,22 persen (mtm), Kota Semarang 0,22 persen (mtm), dan Kota Surakarta 0,09 persen (mtm).
Sedangkan Kenaikan harga pada sejumlah komoditas tersebut mengompensasi periode deflasi yang sempat terjadi selama tiga bulan berturut-turut. Bulan Mei-Juli, dimana banyak petani dan peternak mengeluhkan tingkat harga yang jauh di bawah HPP. Melihat hal ini, KPwBi Tegal melakukan langkah strategis, di antaranya melalui sejumlah upaya stabilisasi harga.
Meliputi GPM, Bela Beli Petani, penguatan sisi hulu dan hilir, dan komoditas pangan strategis, sehingga tingkat harga relatif terjaga di kisaran target inflasi. Selain hal tersebut, optimalisasi pemanfaatan cold storage untuk menjaga pasokan bawang merah dan mendorong masyarakat untuk mulai dapat berdampak pada kenaikan yang relatif lebih melandai meski saat ini sedang off-season untuk bawang merah.
Bagikan artikel:
| Jam | Program |
|---|---|
| 08:00 | Innovator (DW) |
| 09:00 | Indonesiana |
| 11:00 | Kominfo Newsroom |
| 12:00 | Indonesiana |
| 14:00 | Berita Daerah (siang) |
| 15:30 | Innovator (DW) |
| 16:00 | REV (DW) |
| 16:30 | Gerak dan Gaya |
| 17:30 | Anjang Desa |
| 18:00 | Pojok Terampil |
| 18:30 | De Journey |
| 19:00 | Berita Daerah (malam) |
| 20:00 | Expose |
| 21:00 | Wayang |