Masjid Jami Aulia yang terletak di Kelurahan Sapuro Kebulen, Kota Pekalongan, dikenal sebagai masjid tertua di kawasan ini dan menyimpan sejarah panjang perkembangan ajaran Islam. Masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1035 Hijriyah dan menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat setempat. Selain fungsinya sebagai tempat ibadah, masjid ini juga memiliki makna sejarah yang mendalam bagi warga Pekalongan.

Awalnya dikenal dengan nama Masjid Galuh Rantai, masjid ini berganti nama menjadi Masjid Jami Aulia karena lokasinya yang berada di tengah kompleks Makam Waliullah. Beberapa tokoh seperti Habib Ahmad, Habib Alwi, dan Habib Hasyim dimakamkan di sekitar area masjid, menambah nilai sejarah dan spiritual tempat ini.

Keistimewaan lainnya terletak pada keberadaan Al-Quran raksasa yang ada di sisi kiri masjid. Dengan ukuran yang diperkirakan mencapai 2 meter x 2,30 meter, Al-Quran ini hanya mencakup bagian dari juz 30 yang ditulis oleh Haji Rahmat, seorang warga Kraton, Pekalongan. Keberadaan Al-Quran besar ini menjadi daya tarik tersendiri, dengan banyak pengunjung yang datang untuk melihat dan mengagumi keunikannya.

Di dalam masjid, terdapat berbagai elemen yang menonjolkan nilai sejarahnya, seperti mimbar kayu dan tiang-tiang utama atau soko guru yang kokoh. Setiap tiang tercatat memiliki nama pendiri masjid, yaitu Kiai Maksum, Kiai Sulaiman, Kiai Lukman, dan Nyai Kudung, yang menjadikan masjid ini sebagai tempat yang penuh makna spiritual dan sejarah bagi masyarakat.