Di tengah hiruk-pikuk kota, ada satu tradisi yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad, menghidupkan bulan Ramadan di Pesindo Kota Pekalongan. Tradisi ini dikenal dengan nama nasi bentelan, sebuah kegiatan berbagi nasi untuk buka puasa kepada warga yang kurang mampu, janda, dan mereka yang membutuhkan. Setiap hari, nasi ini diantarkan langsung ke rumah warga dengan penuh semangat dan kasih sayang.
Nasi bentelan pertama kali digagas pada tahun 1975 oleh tokoh-tokoh masyarakat Pesindo, seperti H. Zaky Juned, H. Boy, H. Ismail, dan beberapa tokoh lainnya. Mereka ingin memastikan bahwa setiap umat Islam yang menjalankan ibadah puasa bisa berbuka dengan cukup, terutama bagi mereka yang tidak mampu. Sejak saat itu, tradisi ini terus hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sekitar Mushola Assakinah, RT 01 RW 13, Pesindo, Kota Pekalongan
Ketua Takmir Mushola Assakinah, Riza Astian, menjelaskan bahwa setiap hari sekitar 300-350 nasi bungkus dibagikan kepada warga yang membutuhkan. Yang menarik, nasi ini dimasak oleh para juru masak dari warga Pesindo sendiri. Bukan hanya soal memberi makanan, nasi bentelan ini juga memberdayakan ekonomi warga.
menurut riza tradisi berbagi nasi bentelan Ini lebih dari sekadar tradisi berbagi, ini adalah cara para pengurus mushola assakinah pesindon dalam mendukung perekonomian warga sekitar. Para juru masak merasa senang bisa ikut berkontribusi, selain tentunya membantu mereka yang membutuhkan.
Setiap sore, sekitar pukul 16.00 wib, nasi bentelan tiba di Mushola Assakinah dan mulai didistribusikan sekitar pukul 16.30 wib. Pemuda-pemuda mushola yang terlibat dalam distribusi nasi bentelan ini sangat cekatan, berkeliling dari rumah ke rumah dengan penuh semangat. Meski cuaca hujan atau jalanan digenangi air, mereka tak pernah lelah untuk menyampaikan nasi bentelan kepada penerimanya.
Mereka melewati gang-gang sempit dan sudut-sudut kampung dengan langkah yang penuh tekad, memastikan bahwa setiap rumah mendapatkan bagian untuk buka puasa.
Bagi penerima nasi bentelan, ini adalah momen yang sangat dinantikan. mereka yang menerima nasi bentelan, mengungkapkan, Setiap hari dirinya menunggu nasi bentelan untuk buka puasa. dan Ini sudah rutin selama puluhan tahun , dan dirinya sangat bersyukur tradisi ini masih ada.
Masyarakat Pesindo berharap agar tradisi nasi bentelan ini terus dilestarikan, tak hanya untuk mereka yang membutuhkan, tetapi juga sebagai warisan budaya yang mempererat tali persaudaraan. Tradisi yang mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi, kepedulian terhadap sesama, dan rasa saling mendukung di bulan yang penuh berkah ini.
Nasi Bentelan bukan sekadar makanan yang diantarkan ke rumah-rumah, tetapi simbol dari semangat kebersamaan dan gotong royong yang sudah ada lebih dari 50 tahun. Sebuah tradisi yang mengingatkan bahwa berbagi tak hanya mengisi perut, tetapi juga menyentuh hati dan memperkuat hubungan antarsesama.
Bagikan artikel:
| Jam | Program |
|---|---|
| 08:00 | Innovator (DW) |
| 09:00 | Indonesiana |
| 11:00 | Kominfo Newsroom |
| 12:00 | Indonesiana |
| 14:00 | Berita Daerah (siang) |
| 15:30 | Innovator (DW) |
| 16:00 | REV (DW) |
| 16:30 | Gerak dan Gaya |
| 17:30 | Anjang Desa |
| 18:00 | Pojok Terampil |
| 18:30 | De Journey |
| 19:00 | Berita Daerah (malam) |
| 20:00 | Expose |
| 21:00 | Wayang |