Pelatihan SDM Muda Semakin Diseriukan bagi Penyintas Talasemia
Rafid Ali Fajri   |   13/07/2025 - 11:53 WIB
Pelatihan SDM Muda Semakin Diseriukan bagi Penyintas Talasemia

Pelatihan khusus bagi anak-anak muda yang belum mendapatkan kesempatan kerja menjadi perhatian serius oleh Anggota Komisi VI DPR RI Rizal Bawazier. Hal tersebut disampaikan saat menghadiri kegiatan bersama komunitas penyintas talasemia di Batang, Jawa Tengah, Jumat (12/7/2025).

"Alhamdulillah hari ini kita bisa jalan bareng, ngopi bareng, juga kumpul bersama anak-anak. Harapannya kegiatan seperti ini jangan berhenti, tapi bisa terus berlanjut," ujar Rizal.

Dalam kegiatan itu, Rizal mengaku mendengar langsung sejumlah aspirasi, terutama dari anak-anak yang sudah cukup umur untuk bekerja namun belum punya akses atau peluang.

"Daripada langsung disuruh kerja, lebih baik mereka kita latih dulu. Kita siapkan jadi SDM unggul WNI. Kalau langsung kerja dengan kondisi yang belum siap, justru bisa berat buat mereka," katanya.

Selain isu SDM, Rizal juga menyoroti pentingnya perhatian untuk para penyintas penyakit kronis seperti talasemia. Menurutnya, perlu ada keseriusan pemerintah, termasuk dalam distribusi layanan kesehatan.

"Anggaran untuk riset itu sebenarnya nggak besar. Tapi kadang proses penyediaannya berbelit-belit. Nah ini yang harus dibenahi, jangan sampai jadi hambatan panjang," jelasnya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Anak RSUD Kalisari Batang, dr Tan Evi, menyebut penanganan talasemia kini jauh lebih baik dibanding dulu. Ia menyebut kemajuan teknologi medis membuat penderita bisa hidup lebih lama.

"Dulu cuma bisa bertahan 3 tahun. Setelah ada transfusi darah, naik jadi 20 tahun. Sekarang, dengan terapi kelasi besi dan deteksi dini, penderita bisa hidup sampai 63 tahun," ujar dr Evi.

Ia menjelaskan bahwa kualitas hidup penderita sangat ditentukan oleh tiga hal: deteksi dini, transfusi darah saat Hb masih tinggi, dan konsumsi rutin terapi kelasi besi.

"Kalau ditangani dengan benar, pertumbuhan anak lebih bagus, semangat hidupnya juga tinggi. Tapi kalau nunggu Hb rendah banget baru ditransfusi, efeknya justru bisa berat," ungkapnya.

Untuk kasus di Batang, dr Evi menyebut saat ini ada 41 pasien talasemia, terdiri dari 19 dewasa dan sisanya anak-anak. Ada penambahan kasus baru sekitar 2 hingga 3 orang.

"Memang masih ada penambahan, tapi tidak sebanyak dulu. Ini mungkin karena beberapa tahun terakhir kita sudah gencarkan program skrining pranikah. Jadi pasangan bisa tahu dulu status talasemianya sebelum menikah," pungkasnya.

Berita Daerah

Bagikan artikel:

Banner Iklan
Jadwal Tayang Selasa
Jam Program
08:00 Innovator (DW)
09:00 Indonesiana
11:00 Kominfo Newsroom
12:00 Indonesiana
14:00 Berita Daerah (siang)
15:30 Innovator (DW)
16:00 REV (DW)
16:30 Gerak dan Gaya
17:30 Anjang Desa
18:00 Pojok Terampil
18:30 De Journey
19:00 Berita Daerah (malam)
20:00 Expose
21:00 Wayang
Banner Iklan