Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam
kehidupan masyarakat Jawa. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha”yang
artinya keyakinan. Tradisi Nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur
yang sudah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami proses
perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai
macam seni budaya.
Untuk itu Forum Masyarakat Kayugeritan menggelar Kegiatan
"Sadranan Pepunden" Meneruskan Tradisi Budaya Lokal, bertepatan
Memperingati HUT ke 79 Republik Indonesia dan mengingat jasa para pejuang yang
telah gugur. Dalam acara tersebut dilakukan Doa Bersama dan Tabur Bunga, Rabu, 21
Agustus 2024 di Makam Wali Kayugeritan (Mbah Teposono, Mbah Kadhisono, Mbah
Angsono, Mbah Mas Penguluwatang)
Dalal Muslimin Ketua Tanfidziyah pengurus ranting nu kayugeritan
menyampaikan kegiatan nyadran ini rutin dilakukan dua kali setiap tahunnya di
hari rabu kliwon bulan sapar dan ruah, dalam nyadran dilakukan pembacaan Yasin,
Tahlil, dan Tabur Bunga bebagai bentuk penghormatan jasa para wali kayugeritan,
yang merupakan tokoh perjuangan sekaligus penyebar agama islam yang ada di
kayugeritan.
Bagikan artikel:
Jam | Program |
---|---|
08:00 | Innovator (DW) |
09:00 | Indonesiana |
11:00 | Kominfo Newsroom |
12:00 | Indonesiana |
14:00 | Berita Daerah (siang) |
15:30 | Innovator (DW) |
16:00 | REV (DW) |
16:30 | Gerak dan Gaya |
17:30 | Anjang Desa |
18:00 | Pojok Terampil |
18:30 | De Journey |
19:00 | Berita Daerah (malam) |
20:00 | Expose |
21:00 | Wayang |