Dalam suasana penuh khidmat dan kebersamaan, Pondok Pesantren dan Majlis Taklim Al-Maliki Kota Pekalongan kembali melaksanakan tradisi qurban pada Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah. Sebanyak 14 ekor sapi dan 10 ekor kambing disembelih sebagai bentuk ibadah dan kepedulian sosial, yang kemudian dagingnya dibagikan kepada para santri, janda, serta masyarakat kurang mampu di sekitar lingkungan pesantren. Rangkaian kegiatan ini dilanjutkan dengan acara ramah tamah yang dihadiri oleh Forkopimda, jajaran TNI-Polri, tokoh masyarakat, wali santri, dan Masyarakat sekitar.
KH. Muhammad Saifuddin Amirin, Pengasuh Ponpes Al-Maliki, menjelaskan bahwa Idul adha bukan sekadar momen untuk berqurban secara fisik, tapi juga saat penting untuk merenungkan kembali keteladanan luar biasa dari Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Ketika diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putra tercintanya, Nabi Ibrahim tidak ragu sedikit pun untuk menaati perintah itu, sementara Ismail dengan penuh keikhlasan menyerahkan dirinya demi menjalankan kehendak Ilahi. Kisah ini adalah simbol puncak keimanan, ketaatan, dan pengorbanan tanpa syarat seorang hamba kepada perintah Allah.
KH. Saifuddin menambahkan bahwa nilai moral dari kisah tersebut sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan umat Islam hari ini. Dari Nabi Ibrahim, umat belajar arti ketaatan total kepada Allah, bahkan ketika perintah itu terasa sangat berat. Sementara dari Nabi Ismail belajar tentang kerelaan hati, sabar, dan ridha menerima keputusan Tuhan. Qurban, dalam konteks ini, bukan hanya tentang menyembelih hewan, melainkan tentang menyembelih ego, hawa nafsu, dan kelekatan duniawi yang menghalangi manusia dari pengabdian sejati kepada Allah.
Dengan semangat yang diwariskan dari kisah agung Nabi Ibrahim dan Ismail, Ponpes Al-Maliki berharap kegiatan ini dapat terus berlangsung sebagai tradisi yang membentuk pribadi-pribadi yang ikhlas, berjiwa besar, dan mampu menempatkan kepentingan akhirat di atas segalanya. Dalam dunia yang kian materialistik, nilai-nilai inilah yang harus terus dihidupkan agar umat tidak kehilangan arah dalam menjalani hidup yang penuh ujian dan godaan.
Acara ramah tamah yang menjadi bagian rutin setelah penyembelihan hewan qurban, menjadi wadah mempererat silaturahmi antara pesantren dan berbagai elemen masyarakat. Dalam suasana penuh keakraban, para tamu berbincang santai, mendengarkan tausiyah, dan menikmati sajian bersama. Kegiatan ini juga menjadi simbol bahwa ibadah dalam Islam selalu berdimensi sosial mendorong terciptanya harmoni, sinergi, dan saling peduli antara sesama.
Bagikan artikel:
| Jam | Program |
|---|---|
| 08:00 | Innovator (DW) |
| 09:00 | Indonesiana |
| 11:00 | Kominfo Newsroom |
| 12:00 | Indonesiana |
| 14:00 | Berita Daerah (siang) |
| 15:30 | Innovator (DW) |
| 16:00 | REV (DW) |
| 16:30 | Gerak dan Gaya |
| 17:30 | Anjang Desa |
| 18:00 | Pojok Terampil |
| 18:30 | De Journey |
| 19:00 | Berita Daerah (malam) |
| 20:00 | Expose |
| 21:00 | Wayang |