Ribuan warga memadati dua gang sempit di Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan, untuk menyaksikan tradisi tahunan pemotongan lopis raksasa pada momen Syawalan. Tradisi yang digelar setiap 8 Syawal ini kembali menyita perhatian dan menjadi daya tarik budaya khas Pekalongan.

Kue lopis raksasa tahun ini dibuat oleh Remaja Mushola Darunna'im Krapyak Kidul Gang 8 (Krapyak Sumbawan) dengan ukuran yang lebih besar dari tahun sebelumnya. Beratnya mencapai 2.041 kilogram, diameter 250 cm, dan tinggi 223 cm. Lopis ini kembali masuk dalam catatan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).

Acara ini juga dihadiri oleh Wali Kota Pekalongan, Wakil Wali Kota, Ketua TP PKK Kota Pekalongan, Ketua DPRD, jajaran Forkopimda, dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pekalongan.

Ketua panitia, Muhammad Zuhdi Assyauqi, menyampaikan bahwa tradisi ini rutin digelar setiap 8 Syawal sebagai momen silaturahmi setelah Lebaran. Ia menilai, antusiasme warga semakin tinggi setiap tahun seiring dengan semakin dikenalnya tradisi ini.

Sementara itu, warga seperti kurni dan tarwiati yang turut hadir mengaku senang bisa kembali menyaksikan tradisi tersebut. Selain karena nilai budayanya, lopis yang dibagikan juga memiliki cita rasa yang khas dan selalu dinanti setiap tahunnya.

Setelah dipotong, lopis raksasa dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Tradisi ini bukan sekadar perayaan kuliner, namun juga menjadi momentum silaturahmi dan pelestarian budaya lokal yang terus dijaga oleh warga Kota Pekalongan.